Home » Bitcoin Melejit Lagi Setelah Anjlok ke $99 Akibat Konflik AS–Iran: Apa Penyebab dan Proyeksinya hingga 2025?

Bitcoin Melejit Lagi Setelah Anjlok ke $99 Akibat Konflik AS–Iran: Apa Penyebab dan Proyeksinya hingga 2025?

by RD
Bitcoin Melejit Lagi Setelah Anjlok ke $99 Akibat Konflik AS–Iran Apa Penyebab dan Proyeksinya hingga 2025

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran memicu gejolak pasar finansial global pada pertengahan 2025. Pada 21 Juni 2025, AS melancarkan serangan mendadak (disebut “Operation Midnight Hammer”) ke sejumlah fasilitas nuklir Iran, termasuk fasilitas Fordow yang diperkokoh. Aksi militer ini terjadi di luar ekspektasi pasar dan disinyalir melukai stabilitas pasokan energi dunia. Investor global bereaksi cepat dengan mengurangi eksposur pada aset berisiko (risk-off), termasuk mata uang kripto. Kondisi tersebut mendorong terjadinya koreksi mendalam di pasar Bitcoin.

Dampak Awal Konflik terhadap Harga Bitcoin

Bitcoin sempat tertekan tajam saat berita serangan AS–Iran merebak. Pada hari Sabtu (21 Juni 2025) setelah pengumuman serangan AS, harga BTC menurun di bawah level psikologis $100.000. The Economic Times melaporkan Bitcoin bahkan sempat menyentuh harga intraday di sekitar $98.286 sebelum akhirnya rebound ringan. Turunnya harga ini didorong oleh gelombang penjualan panik—tak hanya di Bitcoin, tetapi juga aset kripto lain. Misalnya, altcoin besar seperti XRP, BNB, Solana, dan lainnya juga mengalami penurunan antara 1,5–4% pada periode tersebut. Menurut data CoinMarketCap, total kapitalisasi pasar kripto sempat menyusut lebih dari 1% seiring gejolak global. Selama reli jual (sell-off) itu, likuidasi posisi long di pasar futures Bitcoin mencapai ratusan juta dolar AS. Kondisi risk-off ini membuat volatilitas pasar kripto melonjak tajam.

Rebound Harga Bitcoin Setelah Tekanan Awal

Ketika ketegangan geopolitik sempat melunak, harga Bitcoin berbalik menguat cukup signifikan. Sehari setelah penurunan awal, laporan CoinDesk mencatat bahwa Bitcoin rebound 2,9% hingga sekitar $102.400. Artinya dalam waktu singkat BTC kembali menembus level $101.000 setelah sebelumnya sempat terbenam di $99.500. Pergerakan cepat ini menunjukkan bahwa pasar tidak sepenuhnya panik. Aset safe-haven tradisional justru beragam reaksinya: harga emas relatif stabil naik sedikit sekitar 1,5%, sedangkan harga minyak merosot 4% pada hari yang sama. Analis Nicolai Søndergaard (Nansen) menyoroti bahwa dalam krisis serupa biasanya terjadi penurunan singkat yang diikuti pemulihan saat eskalasi terkendali, dan terlihat banyak smart money yang membeli saat koreksi harga. Data on-chain juga mengindikasikan sebagian investor oportunis membeli kala koreksi ini, sementara pemegang jangka panjang (long-term holders) mulai mengakumulasi BTC di harga rendah. Sebagai contoh, data CryptoQuant menunjukkan peningkatan suplai Bitcoin oleh pemegang jangka panjang sebanyak 800.000 koin dalam 30 hari terakhir, level tertinggi dalam sejarah. Hal ini menguatkan dugaan bahwa banyak investor memandang penurunan ini sebagai peluang beli (buy the dip).

Analisis Teknikal Pergerakan Harga

Dalam ranah teknikal, pola grafik Bitcoin juga menunjukkan sinyal pemulihan. Analis CoinSwitch menyebut bahwa jika situasi mereda, terbentuk pola inverse head and shoulders yang mengindikasikan potensi kenaikan tajam mendatang. Menurut pihaknya, level resistance utama sekitar $110.000 telah terbentuk sebagai zona suplai kuat, sementara support penting berada di kisaran $98.000–$99.000. Saat harga menutup di atas $100.000, skenario bullish lebih mungkin tercapai. Data on-chain Glassnode sejalan, mengidentifikasi zona $93.000–$98.000 sebagai area pendukung kritis: selama harga bertahan di atas rentang ini, struktur bull market Bitcoin masih utuh. Sebaliknya, jika terjadi penembusan di bawah level tersebut, skenario koreksi lebih dalam bisa terjadi. Selain itu, grafik jangka menengah menunjukkan Bitcoin bergerak dalam descending channel (saluran turun) dengan area support sekitar $103.000–$104.600, yang bertepatan dengan celah harga wajar harian (fair value gap) dan rata-rata bergerak eksponensial 200-hari. Kondisi oversold di level ini berpotensi memicu pantulan (bounce) selanjutnya. Kesimpulannya, pola teknikal dan data blockchain mendukung bahwa koreksi menuju $98–$100K merupakan zona pembelian, sedangkan tembus di atas $105–$107K bisa membuka jalan menuju kisaran $110–$112K atau lebih tinggi.

Faktor Makroekonomi Global

Selain geopolitik, faktor makro global turut memengaruhi dinamika Bitcoin. The Economic Times menekankan bahwa perjalanan pasar kripto pada 2025 sangat ditentukan oleh inflasi, suku bunga, kondisi ekonomi global, regulasi, dan peristiwa geopolitik. Secara khusus, tren inflasi dan kebijakan bank sentral berperan besar: inflasi yang melandai mendorong penurunan suku bunga dan meningkatkan likuiditas ke aset berisiko, mendukung reli kripto dan altcoin. Sebaliknya, inflasi tinggi atau lambatnya penurunan suku bunga dapat menahan semangat pasar. Di tengah konflik Timur Tengah, kenaikan harga minyak sempat terjadi (naik lebih dari 7% saat awal serangan pada 16 Juni 2025), namun kemudian mereda. Lonjakan harga energi dapat memicu kekhawatiran inflasi global, sehingga investor memantau kebijakan The Fed. Fakta bahwa kurs dolar AS relatif stabil kecil (naik hanya ~0,25%) saat gejolak tersebut menandakan bahwa kepercayaan global pada dolar sebagai safe-haven sedang diuji. Kondisi makro ini—dari fluktuasi komoditas hingga kebijakan moneter—kian menguatkan sentimen berhati-hati sekaligus menjaga volatilitas pasar tetap tinggi.

Sentimen Investor dan Adopsi Institusional

Persepsi investor juga membentuk pergerakan Bitcoin. Sebagian analis melihat aksi jual pada fase awal konflik lebih disebabkan oleh sentimen risiko global ketimbang masalah fundamental Bitcoin. Menurut Vikram Subburaj (CEO Giottus), penurunan di bawah $99.000 itu murni reaksi terhadap eskalasi konflik AS–Iran. Sejumlah pengamat mencatat tren akumulasi: Edul Patel (Mudrex) menyatakan data on-chain memperlihatkan pemegang jangka panjang mulai naik posisi, sementara pemegang jangka pendek mengurangi posisi mereka. Kesenjangan antara permintaan institusional dan ritel juga terlihat jelas. Hunter Horsley (CEO Bitwise) mengamati bahwa reli terakhir Bitcoin terutama didorong oleh investor institusional, penasihat keuangan, dan korporasi besar – pencarian ritel justru rendah. Bahkan, perusahaan-perusahaan publik telah memiliki hampir $65 miliar dalam bentuk Bitcoin di neraca mereka, menandakan adopsi korporasi yang kuat. Sementara itu, perkembangan regulasi mulai mengerucut di beberapa wilayah. Di AS, misalnya, Senat telah menyetujui RUU kerangka regulasi stablecoin (GENIUS Act) yang mengatur token stabil dengan jaminan likuid. Hal ini menunjukkan pemerintah berupaya memberikan kepastian hukum bagi sebagian aset kripto. Sentimen pasar secara keseluruhan masih dipengaruhi oleh harapan kebijakan moneter (apakah The Fed akan mulai memangkas suku bunga) dan perkembangan regulasi lain, termasuk rencana legislatif di Eropa dan negara berkembang. Semua faktor ini diharapkan menjaga arus masuk institusional ke kripto, sembari menambah stabilitas jangka panjang Bitcoin.

Proyeksi Harga Bitcoin hingga Akhir 2025

Melihat ke depan, proyeksi harga Bitcoin hingga akhir 2025 beragam, tergantung asumsi skenario. Secara umum, banyak analis tetap optimistis. Peter Chung dari Presto Research memperkirakan Bitcoin bisa mencapai sekitar $210.000 pada akhir 2025 berkat ekspansi likuiditas global dan peningkatan adopsi institusional. Prakiraan lainnya bahkan lebih agresif: analis Chamath Palihapitiya memproyeksikan tingkat $500.000 pada Oktober 2025, sedangkan tim analis Bernstein memperkirakan reli menuju $200.000 pada akhir 2025. Beberapa model kuantitatif menunjukkan rentang lebih luas – misalnya, Golara menyebut potensi kisaran $136.000–$285.000 pada akhir 2025. Prediksi-prediksi optimistis ini didukung oleh beberapa faktor: mulai dari ekspektasi potensi pemangkasan suku bunga AS, perluasan alokasi dana institusional (ETF, korporasi, bank), hingga kemajuan infrastruktur kripto global. Selain itu, jika ketegangan geopolitik mereda, pola teknikal dan data on-chain mendukung potensi kenaikan harga menuju level tertinggi baru (all-time high) mendatang.

Namun, sejumlah risiko tetap harus diperhitungkan. Eskalasi konflik Timur Tengah lebih lanjut (misalnya, penutupan Selat Hormuz) dapat menekan kembali sentimen pasar risikonya. Begitu pula, jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga lebih lama dari harapan, arus modal ke aset kripto bisa tertahan. Regulator global masih mengawasi ketat kripto: kendati bill stablecoin mendapat dukungan, masih ada bahaya regulasi ketat (misalnya soal mining atau token lain) yang dapat meredam adopsi. Secara keseluruhan, tren harga Bitcoin hingga 2025 akan dipengaruhi kombinasi faktor geopolitik, ekonomi makro, dan kepercayaan institusional. Investor dianjurkan mencermati indikator on-chain serta perkembangan politik dan ekonomi global sebagai penentu arah pasar selanjutnya.

Kesimpulan

Peristiwa konflik AS–Iran pada pertengahan 2025 menimbulkan lonjakan volatilitas harga Bitcoin, dengan koreksi tajam ke sekitar $99.000 diikuti pemulihan dalam beberapa hari. Kejadian ini menggarisbawahi bagaimana gejolak geopolitik dapat menimbulkan respons mendadak di pasar kripto, meski pasar akhirnya cenderung pulih cepat ketika ketegangan mereda. Dampak jangka panjang pada Bitcoin akan bergantung pada pengembangan faktor-faktor eksternal: kestabilan politik dunia, arah kebijakan moneter global, serta laju adopsi institusional. Berdasarkan analisis teknikal dan on-chain, level $98.000–$100.000 adalah zona pendukung kunci. Jika Bitcoin terus mendapatkan dukungan institusional dan risiko global mereda, proyeksi harga menuju $200.000-an (atau lebih tinggi) pada akhir 2025 dianggap realistis. Namun demikian, potensi risiko (inflasi balik naik, konflik yang membesar, atau perubahan regulasi yang ketat) dapat menghambat tren tersebut. Para investor kripto disarankan selalu memperhatikan kondisi makro dan geopolitik terkini serta menyesuaikan eksposur mereka demi menghadapi skenario yang berubah-ubah.

Sumber: Data pasar dan analisis harga diambil dari laporan media keuangan dan riset pasar terkini (CoinDesk, Economic Times, Cointelegraph, dan lain-lain) yang memuat informasi tentang penurunan dan rebound harga Bitcoin, dinamika pasar kripto, serta komentar analis ahli. Data tentang faktor makro dan kebijakan dikutip dari sumber ekonomi terpercaya untuk melengkapi konteks analisis.

You may also like

@2025 – All Right Reserved. Rodadunia.com