Pengetahuan

Contoh Tembung Rangkep Dwipurwa, Dwilingga dan Dwiwasana

×

Contoh Tembung Rangkep Dwipurwa, Dwilingga dan Dwiwasana

Share this article
Contoh Tembung Rangkep Dwipurwa, Dwilingga dan Dwiwasana

Dalam bahasa Indonesia, kata majemuk adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang memiliki arti baru dan berbeda dari kata yang membentuknya. Kata majemuk ada yang berupa dwipurwa, dwilingga, dan dwiwasana, yang mana nama-nama tersebut menunjukan jumlah suku kata yang terdapat dalam kata majemuk tersebut. Berikut ini contoh kata majemuk dwipurwa, dwilingga, dan dwiwasana.

Tembung Dwipurwa

Pada konteks bahasa Jawa, Tembung Dwipurwa merujuk pada kata-kata yang terbentuk dari kombinasi dua kata dasar yang biasanya terdiri dari dua morfem dan memiliki satu suku kata untuk tiap morfemnya, menghasilkan makna yang baru atau spesifik. Berikut ini adalah beberapa contoh dari tembung dwipurwa:

  1. Gunung wesi (gunung+wesi): Gunung yang kaya akan batuan besi.
  2. Tangan kaki (tangan+kaki): Secara figuratif bisa digunakan untuk merujuk pada seseorang yang diandalkan atau sebagai metafora bagi pekerjaan yang memerlukan fisik.
  3. Anak bahu (anak+bahu): Ini bisa mengacu pada bagian dari bahu atau kiasan untuk orang yang sering menjadi andalan.

Tembung dwipurwa memberikan nuansa yang kaya dalam percakapan sehari-hari dan memungkinkan pembicara untuk menyampaikan ide dengan lebih efisien serta kreatif.

Tembung Dwilingga

Tembung Dwilingga adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada kata-kata yang terdiri dari dua morfem (dua kata dasar) yang menghasilkan makna baru. Dalam konteks ini, “dwilingga” terdiri dari dua suku kata kata dasar. Di bawah ini adalah contoh tembung dwilingga:

  1. Warung kopi (warung+kopi): Tempat yang menyediakan dan menjual kopi serta makanan ringan.
  2. Taman kota (taman+kota): Ruang terbuka hijau yang disediakan oleh pemerintah kota untuk area rekreasi masyarakat.
  3. Pasar malam (pasar+malam): Pasar yang beroperasi pada waktu malam hari, biasanya menjual berbagai macam barang dan jajanan.

Tembung dwilingga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sangat penting dalam memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa serta membantu untuk menggambarkan konsep yang lebih spesifik dan terperinci.

Tembung Dwiwasana

Tembung Dwiwasana adalah istilah dalam bahasa Jawa yang mengacu pada kata-kata yang terdiri dari kombinasi kata dasar yang jumlah suku katanya empat atau lebih, membentuk sebuah frasa atau istilah dengan makna tertentu. Tembung Dwiwasana seringkali digunakan untuk mengungkapkan konsep yang lebih kompleks atau terperinci.

Namun, dalam praktiknya, istilah “dwiwasana” tidak sepopuler “dwipurwa” atau “dwilingga” dan mungkin tidak ditemukan dalam struktur kata yang umum dalam bahasa Jawa. Meskipun begitu, jika kita merujuk pada prinsip yang sama untuk bahasa Indonesia, contohnya akan seperti ini:

  • Rumah sakit umum (rumah sakit+umum): Lembaga kesehatan yang menyediakan berbagai layanan medis untuk umum.
  • Sarjana pendidikan fisika (sarjana+pendidikan fisika): Gelar akademis yang diberikan kepada individu yang telah menyelesaikan studi di bidang pendidikan fisika.
  • Taman kanak-kanak negeri (taman kanak-kanak+negeri): Institusi pendidikan anak usia dini yang dikelola oleh negara.

Dalam kehidupan sehari-hari, tembung dwiwasana dapat digunakan untuk mempermudah komunikasi dengan menyampaikan gagasan yang lebih spesifik, memungkinkan pemahaman yang lebih dalam terhadap konteks yang dibicarakan.

Baca juga: Pemahaman Mendalam tentang Tembung Dwilingga dalam Bahasa Jawa

Kata majemuk dwipurwa, dwilingga, dan dwiwasana ini mencerminkan kekayaan bahasa Indonesia dalam membentuk kosakata baru yang kaya akan makna. Kata-kata tersebut membantu bahasa menjadi lebih ekspresif dan mampu menggambarkan konsep yang lebih spesifik dalam kehidupan sehari-hari.