Pengetahuan

Contoh Percakapan Atur-atur Ulem Bahasa Jawa yang Singkat

×

Contoh Percakapan Atur-atur Ulem Bahasa Jawa yang Singkat

Share this article
atur atur ulem bahasa jawa singkat

Dalam masyarakat Jawa, prosesi mengatur ulem (memberi undangan) dikenal sebagai salah satu tradisi komunikatif yang penuh dengan nuansa kesopanan dan hormat. Atur-atur ulem bukan hanya sekedar memberikan undangan, melainkan suatu bentuk penghormatan dan ungkapan budi pekerti luhur yang terjalin melalui kata-kata penuh makna. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai budaya yang mendalam dan menunjukkan kekayaan bahasa Jawa dalam konteks sosialnya.

Contoh perbincangan atur-atur ulem dalam Bahasa Jawa yang singkat namun padat akan memperlihatkan bagaimana adat istiadat dan etika lokal tercermin dalam struktur percakapan yang halus dan tata bahasa yang hormat. Artikel ini akan membahas variasi percakapan dan ungkapan yang digunakan dalam atur-atur ulem, menyajikan betapa estetikanya komunikasi tradisional Jawa sebagai lintas generasi. Mari kita telusuri lebih dalam contoh-contoh percakapan yang memancarkan keanggunan dan kearifan lokal budaya Jawa.

Dengan memahami dan menghargai seni atur-atur ulem, kita tidak hanya mempelajari cara mengkomunikasikan sebuah undangan, namun juga merangkul kehalusan, kedalaman, dan kehangatan dalam interaksi sehari-hari yang merupakan ciri khas kebudayaan Jawa. Artikel ini akan memandu Anda melalui hamparan naratif budaya yang tersembunyi di balik setiap kata dan ekspresi dalam atur-atur ulem, membuka pintu menuju pemahaman yang lebih luas akan kekayaan budaya Indonesia.

Inilah dialog singkat dan praktis untuk atur-atur ulem dalam Bahasa Jawa:

Ngaturaken sembah ing ngarsanipun Bapak… (tuan rumah). Kulo nyuwun idin matur atur-atur. Kulo sampun dipun utus dening Bapak lan Ibu… (yang berhajat) kanggo silaturahmi lan ngaturaken rasa hormat marang Bapak lan Ibu sakulawarga.

Ingkang kapindho, kulo ngaturaken pirsa, yen tanpa alangan satunggal punapa, benjing dinten….(hari) tanggal…. (tanggal), Bapak….(yang berhajat) badhe nggelar damel, melakramekaken putranipun / putrinipun ….. (nama gadis) angsal mas……(nama jejaka) saking….(alamat jejaka). Yen tanpa alangan satunggal punapa, Bapak lan Ibu kasuwun paring pangestu ing dinten punika wanci pukul sedasa enjing, wonten dalemipun Bapak….(yang berhajat)

Kulo sampun cekap ngaturaken atur-atur punika, kulo nyuwun pangapunten menawi wonten lepatipun (setelah diterima)
Salajengipun, kulo ngaturaken sembah marang Bapak….(tuan rumah), awit sampun cekap wigatosing sowan kula lan sampun pinanggih wilujeng samudayanipun, kulo lajeng kepareng nyuwun pamit. Maturnuwun

Terjemahan:

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak… (tuan rumah). Di sini saya ingin meminta izin untuk berbicara. Saya di sini diperintahkan oleh Bapak dan Ibu…(yang berhajat). Pertama-tama, saya datang untuk bersilaturahmi dan menghormati Bapak dan Ibu serta keluarga.

Kedua, saya ingin menginformasikan jika tanpa ada halangan apapun, pada pagi hari….(hari) tanggal…. (tanggal), Bapak….(yang berhajat) akan mengadakan acara, merayakan putranya / putrinya ….. (nama gadis) dengan mas……(nama jejaka) dari….(alamat jejaka). Jika tanpa ada halangan apapun, Bapak dan Ibu kami harap dapat memberikan restu pada hari tersebut pada pukul sepuluh pagi, di rumah Bapak….(yang berhajat)

Setelah saya selesai berbicara, sekali lagi saya meminta maaf jika ada kesalahan (setelah diterima)
Selanjutnya, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak….(tuan rumah), karena sudah selesai salam silaturahmi saya dan sudah bertemu dengan baik, saya sekarang meminta izin untuk pergi. Terima kasih.

Contoh Percakapan Atur-atur Ulem Bahasa Jawa

Berikut adalah contoh percakapan atur-atur ulem dalam Bahasa Jawa dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia:

Pak Budi: “Sugeng énjing, Pak Joko. Kepareng numuntèn?”

Pak Joko: “Sugeng énjing, Pak Budi. Keparenga, mriki pripun kabaripun?”

Pak Budi: “Kabar pungkasan punika saé, nuwun. Panjenengan piyambak punapa wartos?”

Pak Joko: “Alhamdulillah, saé ugi. Sanadyan makaten, Panjenengan kulo aturi ngaturaken serat ulem meniko. Kulo badhé gadhah pahargyan mantu, panjenengan kulo aturi rawuh.”

Pak Budi: “Oh, menapa dinten lan tanggalipun?”

Pak Joko: “Insya Allah dinten Sabtu, tanggal selikur sasi Maret.”

Pak Budi: “Matur nuwun, Pak Joko. Insya Allah kulo badhé rawuh.”

Pak Joko: “Kulo ngaturaken matur nuwun. Sampéan kulo antos teng pahargyan punika.”

Terjemahan:

Pak Budi: “Selamat pagi, Pak Joko. Bolehkah saya mengganggu sebentar?”

Pak Joko: “Selamat pagi, Pak Budi. Silakan, ada apa kabar?”

Pak Budi: “Semua baik-baik saja, terima kasih. Dan Anda sendiri bagaimana?”

Pak Joko: “Alhamdulillah, juga baik. Namun, saya mohon perkenannya untuk memberikan ini. Saya akan mengadakan sebuah perayaan pernikahan, dan saya mengundang Anda untuk hadir.”

Pak Budi: “Oh, pada hari dan tanggal berapa itu?”

Pak Joko: “Insya Allah pada hari Sabtu, tanggal dua puluh empat bulan Maret.”

Pak Budi: “Terima kasih, Pak Joko. Insya Allah saya akan hadir.”

Pak Joko: “Saya mengucapkan terima kasih. Saya tunggu kehadiran Anda di pesta pernikahan itu.”

Percakapan di atas menunjukkan atur-atur ulem yang penuh dengan kesopanan dan kehalusan, yang merupakan cerminan dari budaya Jawa dalam menghargai hubungan sosial dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan.

Sebagai penutup, kita dapat melihat betapa pentingnya memahami atur-atur ulem, khususnya dalam konteks budaya Jawa. Atur-atur ulem dalam Bahasa Jawa yang singkat bukan hanya sekedar formalitas, melainkan sebuah cara untuk menjunjung nilai-nilai kesopanan dan keharmonisan sosial. Kegiatan ini adalah refleksi dari keberagaman dan kekayaan budaya yang ada di Indonesia, menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap norma dan adat istiadat yang berlaku.

Baca juga: Pemahaman Mendalam tentang Tembung Dwilingga dalam Bahasa Jawa

Dalam praktiknya, atur-atur ulem dilakukan dengan menggunakan bahasa yang halus dan penuh dengan tatakrama. Meski dalam format yang singkat, atur-atur ulem haruslah tetap mengandung unsur-unsur penting seperti salam pembuka, penyampaian maksud kunjungan, penyerahan undangan, penanyakan ketersediaan waktu, ucapan terima kasih, dan salam penutup. Melalui proses interaksi yang penuh dengan kebijaksanaan ini, atur-atur ulem menjadi jembatan yang menghubungkan hubungan interpersonal antarindividu dalam komunitas Jawa.

Meskipun mungkin terlihat sebagai sebuah prosesi yang sederhana, atur-atur ulem memiliki dampak lebih jauh dalam membina hubungan, memperkuat jalinan sosial, dan melestarikan budaya. Oleh karena itu, bagi masyarakat Jawa dan bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang kebudayaan Jawa, menghafal dan mempraktikkan atur-atur ulem yang singkat ini bisa menjadi langkah kecil dalam melestarikan warisan budaya yang kaya ini.