Pengetahuan

Kearifan Lokal dalam Ungkapan Semar: Menelusuri Kata Bijak Jawa untuk Pencerahan dan Harmoni Kehidupan

×

Kearifan Lokal dalam Ungkapan Semar: Menelusuri Kata Bijak Jawa untuk Pencerahan dan Harmoni Kehidupan

Share this article
kata bijak jawa semar

Semar, dalam budaya Jawa, adalah simbol kebijaksanaan. Sebagai tokoh dalam pewayangan Jawa, Semar sering kali mengungkapkan kata-kata bijak yang mendalam dan penuh makna. Kata-kata bijak Jawa dari Semar ini sering kali menjadi petunjuk hidup bagi banyak orang, mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang tinggi.

Dalam budaya Jawa, Semar dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan bijaksana. Meski penampilannya sederhana dan tidak mencolok, namun kata-kata bijak yang keluar dari mulutnya selalu menjadi petunjuk dan nasehat yang berharga. Kata-kata bijak Jawa dari Semar ini sering kali menjadi bahan renungan dan inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah 20 pitutur luhur dari tokoh Semar beserta artinya:

1. “Sepi ing pamrih, rame ing gawe.”
Artinya: Lebih baik bekerja keras dengan tulus daripada hanya mencari keuntungan semata.

2. “Tepa slira, tegese jer basuki mawa petengan.”
Artinya: Kehidupan selalu berubah, setiap kesulitan pasti diikuti oleh kemudahan.

3. “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.”
Artinya: Belajarlah dari masa lalu, bangun masa depan dengan tekad yang kuat, dan tidak lupa memberi manfaat bagi generasi mendatang.

4. “Widodari dadi kakung, nganggo tandure.”
Artinya: Kesempurnaan tidak selalu tercermin dari penampilan fisik semata.

5. “Larang pinggang, anut ati.”
Artinya: Kuat dalam menahan godaan, tegar dalam menghadapi cobaan.

6. “Uwong-uwong kang asolole, padha madu marang kayu.”
Artinya: Orang yang sombong akan merugi di kemudian hari.

7. “Lambemu neng ati, dhumateng Kang Maha Tinggi.”
Artinya: Bersihkanlah hatimu, hingga mencapai kesadaran yang tinggi.

8. “Nyangir jeng ana wong, nganti jagad ana ati.”
Artinya: Bantulah sesama, hingga seluruh dunia memiliki hati yang baik.

9. “Kaliyen opo karepe, ora karepe mulih nang soko.”
Artinya: Apapun yang kamu inginkan, jangan pernah lupa kembali kepada sumbernya.

10. “Yen kui sarjane keblat, ati-ati nek cepak mate.”
Artinya: Jika kamu merasa benar, hati-hati saat melakukan tindakan.

11. “Ala ketimbang kelaras, kelaras ketimbang ala.”
Artinya: Lebih baik memiliki keberanian daripada kekayaan, dan lebih baik memiliki kekayaan hati daripada memiliki keberanian.

12. “Sedulur papat limo pancer.”
Artinya: Persaudaraan adalah hal yang penting, baik dalam suka maupun duka.

13. “Larang ati kang boga dhumateng.”
Artinya: Bersihkanlah hati dari kebencian dan kemarahan.

14. “Aja liyané mangan pethèk, mangan kathèk.”
Artinya: Jangan hanya makan untuk kenyang, tapi juga untuk kesehatan.

15. “Tembang alam, gusti nyuwun daya.”
Artinya: Tundukkanlah diri pada alam, berserahlah pada kekuasaan yang Maha Kuasa.

16. “Tatone saiki, amargi uripe.”
Artinya: Lakukanlah yang benar sekarang, untuk kebaikan hidupmu kelak.

17. “Witing tresno jalaran soko kulino.”
Artinya: Cinta sejati timbul karena rasa saling menghargai.

18. “Lir ilir, tandure wus sumilir, tak ijo royo-royo.”
Artinya: Seperti permainan kidung, hidup ini terus berputar, tanpa henti.

19. “Biji ditetesi embun, kathah ditutupi kasunyatan.”
Artinya: Seperti benih yang diberi embun, begitu juga nasihat yang diberi disertai pengalaman yang nyata.

20. “Riyo kuniyo kudu ono kekarepan.”
Artinya: Setiap tindakan haruslah didasari oleh kebijaksanaan dan pertimbangan yang matang.

Pitutur luhur dari tokoh Semar mengandung makna filosofis dan moral yang dalam, menjadi sumber inspirasi dan pedoman hidup bagi banyak orang.

Baca juga: Wayang Petruk: Membongkar Ciri, Watak, dan Lakon Cerita Sang Punakawan

Semoga melalui artikel ini, kita dapat merenungkan makna-makna yang terkandung dalam pitutur luhur dari tokoh Semar. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan inspirasi dari kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita, dan menjadikannya sebagai pedoman dalam meraih kebijaksanaan, harmoni, dan pencerahan dalam hidup kita.

Dengan demikian, mari kita terus merajut kembali benang kearifan yang telah ada sejak zaman dahulu, dan menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup kita menuju kedamaian dan kebahagiaan yang sejati. Karena dalam kata bijak Jawa Semar, terdapat kearifan yang dapat membimbing langkah-langkah kita dalam menemukan makna dan tujuan hidup yang sesungguhnya.